Pertama Kali ke Yogyakarta (3)

07 Mei 2016

Sesuai dengan permintaan kemarin, si Mas supir kali ini datang lebih awal, yaitu 8.30 pagi.
Aku kalang kabut pastinya, karena hari ini kami semua kesiangan akibat kelelahan bepergian seharian kemarin.

Hari ini kegiatan kami adalah belanja oleh-oleh dan mengunjungi Keraton Yogyakarta dan Taman Sari.
Tempat pertama yang kami datangi adalah Pasar Beringharjo. Kami langsung berpencar mencari oleh-oleh masing-masing. Aku dan Harti langsung kalap belanja hahaha =D. Titipan banyak euy.

Sedangkan Mama dan Dede berbelanja di lantai atas yang tidak terlalu penuh seperti di lantai dasar. Setelah satu jam lebih kami berbelanja, kami menikmati es dawet di kawasan pasar tersebut. Jujur, aku rasa es dawetnya asli. Karena gulanya aja nggak terlalu manis, ga kayak di Jakarta yang justru manisnya malah bikin tenggorokan kerasa perih.

Selesai melepas dahaga, kami melanjutkan perjalanan menuju toko bakpia. Si Mas supir membawa kami ke kawasan penjualan Bakpia. Awalnya aku mendatangi kedai Bakpia Pathok 25, sayangnya stok bakpianya habis dan belum ada lagi. Oiya, harga satu kotak yang isi 15 dihargai Rp. 40.000 (ehm.. lumayan juga ya). Begitu mendengar salah satu pelayan menjawab harga bakpia, kami langsung berpindah ke toko bakpia lainnya.

Sayangnya toko yang kami tuju stok bakpianya juga sudah habis dan masih menunggu kurir yang mengantarkan. Sempat hopeless sebenarnya, tapi ada satu toko yang ukurannya tidak terlalu besar seperti toko bakpia lainnya. Namanya Bakpiaku varian rasanya menurutku cukup anak muda banget ya, karena ada Green Tea, Coklat, Keju, Kacang Ijo, Cappuccino dan lainnya.

Untuk ukuran pun ada juga yang isi 5 hanya dengan harga Rp.13.500 (seingatku ya), untuk isi 10 dikenakan harga Rp.22.000 dan untuk isi 20 dikenakan harga Rp. 40.000. Rasanya juga lumayan dan isinya lebih tebal dari kulitnya. Pokoknya kemasannya juga simple.


Image from Twitter.com/Bakpiaku



Selesai berbelanja, kami makan siang di sekitaran toko bakpia. Menunya adalah soto ayam. Aku kira soto ayam yang dijual sama seperti di Jakarta. Nasi dan mangkuk soto disajikan dalam wadah terpisah.Ternyata di sini soto dan nasi dicampur dalam satu wadah.

Aku ngeliatnya aja ga nafsu sebenarnya, cuma karena perutku sudah keroncongan dan terlanjur sudah memesan, ya sudahlah aku makan aja. Untuk rasa banyak yang kurang, kurang garam dan kurang kaldu. Akhirnya aku dan Dede menambahkan perkedel sebagai lauk tambahan, dan ternyata rasa perkedelnya asin! hahaha =D ga apa-apa lah ya, itung-itung mengisi kekurangan dari si soto ini.

*Dengan empat porsi soto plus nasi dan ditambah dua perkedel, biaya makan siang kami hanya Rp. 36.000.

Perjalanan berikutnya yaitu menuju Keraton Yogyakarta. Tapi sebelum memasuki Keraton, kami menuju Masjid Gedhe Kauman untuk melaksanakan kewajiban. Setelah menunggu Mama dan Dede selesai, kami langsung menuju loket masuk Keraton Yogyakarta.

harga tiket masuk per-orang baik dewasa maupun anak-anak dikenakan Rp. 5.000
Ketika tiket masuk kami diperiksa, ada seorang Tour Guide yang langsung menghampiri kami dan mengajak kami berkeliling. Sebenarnya aku enggan menggunakan Tour Guide, selain menjadi agak lama dan kami tidak leluasa, apalagi tanpa diminta si Guide ini langsung menghampiri kami. Keuntungannya memang kami jadi lebih tahu banyak apa-apa saja yang ada di dalam sana, termasuk diajak ke tempat pembuatan batik.

Selesai mengantarkan kami ke tempat pembuatan batik, kami akhirnya masuk ke sana lagi tanpa Guide tersebut.


abaikan wajah yang lagi nahan angin itu :p

Perjalanan selanjutnya yaitu menuju Taman Sari, sayangnya kami dibawa ke tempat yang aku rasa itu bagian lain Taman Sari. Kami hanya berjalan melewati lorong-lorong dan setelah aku simpulkan ruang bawah tanahnya sangat luas. Ditambah banyaknya pengunjung (kebanyakan anak muda) yang berfoto-foto, kami memutuskan untuk keluar.



Kebetulan ada acaranya anak-anak UGM di tempat seperti pagelaran seni dan ada banyak booth makanan di dalamnya. Sambil mengisi waktu hingga sore, kami menikmati jajanan yang tersedia di sana, aku, Harti dan Dede membeli Takoyaki dan Mama membeli wedang ronde.

Karena cuaca sepertinya makin mendung, aku memutuskan untuk pulang. Di perjalanan si Mama minta diantarkan ke toko yang menjual gudeg kaleng. Setelah sempat kesasar dan muter-muter, sampailah kami di Jalan Wijilan.

Rintik hujan menemani kami sepanjang jalan menuju hotel. Sesampainya di hotel kami beristirahat sejenak dan membereskan beberapa oleh-oleh supaya ga banyak barang bawaan.

Sekitar jam tujuh malam kami berjalan kaki keluar hotel untuk makan malam di Lesehan Aldan yang lokasinya berada di depan gang Hotel Bukit Uhud. Dengan menu :

- 3 ayam kampung
- 1 satu bakul nasi (3 porsi)
- Jamur Crispy
- 2 sambel korek
- 2 es teh manis
- 1 jus jambu
- 1 teh tawar hangat
menghabiskan kurang lebih sekitar Rp. 70.000

Pokoknya selama di sana menu ku nggak jauh dari ayam kampung. Mumpung sih hehe, karena di Jakarta cuma bisa makan ayam kampung kalau lagi kebeneran ke pasar sama si Mama. Oiya, dari rumah si Mama bawa sambal pedas cumi goreng asin lho. Katanya buat lauk sampingan kalau kami nggak cocok dengan makanan Jogja yang dikenal manis. Dan sejujurnya itu berguna banget buat aku dan Harti, karena kami ga suka makanan manis, bisa dibilang tanpa pedas kami ga bisa makan. Ditambah sarapan dari hotel yang sambalnya itu manis, makin ga bisa deh aku makan tanpa sambal pedas cumi asin itu.

Selesai makan malam, aku meminta penjaga hotel untuk mencarikan kami taksi esok pagi. Karena jadwal keberangkatan kereta kami jam 7 pagi.

Sambil melanjutkan membereskan barang bawaan dan menyiapkan hal lainnya esok pagi, kami menghabiskan malam terakhir dengan menikmati kamar hotel yang nyaman (malam terakhir coy =D).

---ISMA---

Komentar